Perjuangan Orang Miskin di Indonesia

PERJALANAN hidup di dunia ini tidak akan selamanya penuh kebahagiaan, begitu juga tidak akan selalu dalam kesedihan. Segala bentuk keadaan akan datang silih berganti dan bahkan beriringan. Seperti lagu lama, hidup ini bagai roda yang terus berputar. Kadang sebagian sisinya di bawah, samping, dan atas. Begitu juga dengan peristiwa hidup yang dijalani oleh manusia di dunia. Segalanya berputar dan bergantian, kadang cepat juga kadang pelan mengalami perputaran.
Begitu kiranya hal yang ingin disampaikan oleh Sigit dalam novel nerjudul Teduh ini. Perjalanan hidup ini masih tetap panjang selama ajal masih belum menjemput kematian. Sosok tokoh yang menjadi gambaran pemikiran di dalam novel ini yaitu Encep, seorang bocah yang berjuang bersama orangtuanya demi menyambung hidupnya. Encep yang masih duduk di sekolah dasar sudah mulai mengasah otot-otot dan otaknya menjadi dewasa.
Kehidupan seseorang yang berada di bawah kemelaratan bisa membentuk pribadi penuh kekuatan. Tapi, hal itu juga bisa menjadikan pribadi seseorang lemah dan penuh putus asa. Namun, Acep telah berhasil menjadi sosok yang memiliki keberanian dalam menanggung segala beban hidup sebagai teman. Dia berpegang teguh pada nasihat-nasihat yang selalu dijadikan amunisi oleh orangtuanya agar tetap kakinya mapan menancap demi menatap masa depan (hlm.16).
Bagi sebagian orang, sebuah materi bisa menjadi istimewa di saat berada di bawah tindihan kemelaratan. Bahkan, sepeda gunung pun akan terlihat istimewa dan penuh wibawa. Acep mengalami hal demikian dalam hidupnya. Mungkin bagi orang lain yang hidupnya mapan, sebuah sepeda gunung tidak akan memiliki makna yang menawan. Perbedaan sudut pandang dan latar belakang kehidupan yang menentukan. Segala bentuk materi akan memberikan gairah hidup apabila digunakan dengan benar dan penuh rasa syukur. Ibarat orang yang sekarat karena haus, maka dia tidak akan memilikirkan permata dan berlian surga Firdaus. Tapi, air yang bisa mengobati dahaga yang akan didamba. Begitu sekelumit sudut pandang kehidupan dari kisah dalam novel ini yang penuh penderitaan.
Tidak Mudah Putus Asa
Realitas kehidupan memang tidak selalu istimewa seperti saat kita membayangkannya. Harapan sebatas angan. Tapi juga bisa jadi kenyataan meski seutuhnya tidak seperti yang terlintas dalam angan dan ingatan. Namun, sebuah usaha perlu kita lakukan demi mewujudkan yang tergambar dalam pikiran.
Pernah suatu ketika, Acep saat duduk di bangku sekolah menengah pertama uang bekal sekolahnya bertambah dibanding hari-hari sebelumnya. Jika uang saku sekolah Acep hanya seratus rupiah, keadaan itu berubah seiring usaha orangtua dan dirinya menatap hidup dengan pasrah kepada takdir Tuhan, tapi tidak pernah putus asa dengan harapan (hlm. 6). Di sini, sosok Acep mengajarkan tentang perjuangan dalam menempuh keterbatasn jalan hidup yang kita lalui agar tidak mudah putus asa.
Sebuah perjuangan memerlukan tekad yang kuat dan segala usaha agar segala yang kita impikan menjadi kenyataan. Saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Acep berhasil mendapat ranking di kelasnya. Hingga dia melanjutkan pendidikannya ke tingkat menengah, sekolah teknik mesin. Namun, di tengah perjalanannya di sekolah teknik mesin, dia hampir harus berhenti karena nilainya turun. Hingga dia disarankan pindah oleh kepala sekolahnya.
Mendapat nasihat dan teguran dari kepala sekolahnya, Acep bukan kendor. Dia menguatkan sabuk semangatnya. Segala usaha dipacu seperti kuda dipukul punggungnya dengan rotan. Dia menapaki segala kekurangannya dengan melakukan perbaikan-perbaikan semampunya. Hingga dia pada akhirnya lulus dari sekolah teknik mesin dengan peringkat pertama (hlm. 92).
Kegetiran hidup bukan persoalan yang harus dihadapi dengan serius seperti kisah yang dinarasikan dengan begitu apik di dalam buku ini. Namun, mencarai solusi guna mengatasi kegetiran itu yang perlu usaha serius dan sungguh-sungguh. Sayangnya, bahasa baku dan diksi yang digunakan dalam novel ini sebagai jembatan ide tidak begitu memikat. Tetapi, gagasan-gagasannya cukup cemerlang sebagai pegangan hidup yang bersumber dari literasi dan diolah melalui nurani yang dalam. Selamat membaca!
Data buku Teduh
- Penulis: Sigit Apriyanto
- Tebal: xviii+100 hlm.; 13 x 19 cm
- Cetakan II, 2018
- ISBN : 978-602-74935-5-1